Analisis Penerapan Proses Pengambilan Keputusan: Sebuah Tinjauan Pengetahuan Materi dengan Konteks Lokal





Sebagaimana beberapa kali saya paparkan bahwa mendapatkan kesempatan sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) dalam menjalani serangkaian Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) merupakan sebuah anugerah tiada tara yang menguntaikan rasa syukur. Kendati beraneka rasa yang mewarnainya, serangkaian kegiatan yang tersaji dalam alur Merdeka (Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman,  Koneksi antarmateri, dan Aksi nyata) tangga-tangga itu saya jalani dengan niatan thalabul ilmi. 


Seiring peredaran atau manzilah bulan yang pada awalnya disebut sebagai bulan sabit, purnama menghias angkasa,dan kembali lagi mengecil bagaikan tandan kurma yang

melengkung dan tipis, modul demi modul dalam PPGP hingga kini memasuki modul kedelapan dari kesepuluh modul. Sebagai serangkaian paket Modul 3 yang mengetengahkan Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah, Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin ini merupakan bekal yang berperan besar dalam menentukan keberhasilan sekolah karena mempunyai tanggung jawab dalam menyinergikan berbagai elemen di dalamnya. 


Sebagaimana dijelaskan bahwa PPGP dilalui alur Merdeka, pada Modul 3.1 telah menginjak pada alur Demontrasi Kontekstual. Tujuan yang dicapai dalam tahapan alur yang dilalui setelah alur Ruang Kolaborasi ini, CGP dapat melakukan suatu analisis atas penerapan proses pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajarinya tentang berbagai paradigma, prinsip, pengambilan dan pengujian keputusan di sekolah asal masing-masing dan di sekolah/lingkungan lain. Tahapan ini merupakan wadah dalam menunjukkan pemahaman CGP terhadap keseluruhan materi yang dilakukan dengan penggalian informasi melalui kegiatan wawancara dengan 2-3 pimpinan/kepala sekolah tentang praktik pengambilan keputusan selama ini di sekolah asal dan tempat/lingkungan lain. Hasil wawancara ini dianalisis berdasarkan konsep-konsep yang telah dipelajari di modul ini sebagai sebuah refleksi atas praktik pengambilan keputusan dilema etika yang telah dijalankan di sekolah asal Anda dan di sekolah-sekolah lain di lingkungan Anda. Sebagai bahan refleksi dengan mengaitkannya dengan pemahaman materi tentang 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. 


Sebagai bentuk pemahaman materi dan kedalaman analisisnya, saya mewawancarai dua orang kepala sekolah. Agar wawancara terarah, saya mengikuti panduan pertanyaan wawancara (Guiding Questions for the Interview) sebagaimana tersaji dalam Modul 3.1 halaman 47. Hasil wawancara disajikan dalam paparan berikut ini.


Wawancara Pertama

Wawancara pertama dengan Ibu Anik Rofaida Lestari, M.Pd. yang merupakan Kepala Plt. SMP Negeri 1 Barat. Beliau menjalankan tugas di sekolah ini sejak tanggal 1 April 2023. Wawancara dilakukan pada hari Kamis, 13 April 2023.


Pertanyaan Pertama

Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?

Jawaban:

Untuk mengidentifikasinya, cukup mudah. Kasus itu dikatakan bujukan moral jika ada dua buah hal yang satu benar dan yang satu salah menurut hukum. Sementara itu, jika keduanya benar, hal kasus tersebut disebut dengan dilema etika.

Pertanyaan Kedua

Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?

Jawaban:
Identifikasi masalah sangat penting sebelum mengambil keputusan. Beberapa acuan identifikasi masalah antara lain masalah yang lebih dahulu terjadi dengan menggunakan skala prioritas dengan memandang dari segi kebermanfaatannya yang bersifat universal dan menyangkut banyak orang.


Pertanyaan Ketiga

Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?

Jawaban:

Langkah yang saya tempuh adalah melakukan pengamatan. Jika ditemukan kasus, saya lakukan pembinaan sebanyak 3 kali. Saya memanggilnya secara individual dengan menghadirkan notulen dan pihak tersebut bertanda tangan sebagai bentuk tanggung jawab. Jika dengan upaya di atas tidak berhasil, kasus tersebut dilanjutkan pada pengawas. Jika dengan pengawas belum bisa terselesaikan, kasus tersebut dilanjutkan ke DIKPORA.


Pertanyaan Keempat

Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?

Jawaban:

Hal yang paling efektif yaitu pembinaan dengan melakukan pembicaraaan dari hati ke hati. Langkah ini dilakukan dengan melakukan dialog atau komunikasi dengan menerapkan prinsip kekeluargaan. Tujuannya adalah  agar dapat menghasilkan solusi yang dapat diterima kedua belah pihak dengan sebaik-baiknya. 


Pertanyaan Kelima

Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?

Jawaban:

Tantangannya kembali kepada sejauh apa pihak yang mengalami kasus itu dalam hal tingkat kemudahaan dibina. Artinya, jika orang tersebut sulit untuk dibina, penyelesaiannya dilakukan berulang kali yang tentu saja menyita banyak waktu.


Pertanyaan Keenam

Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan?

Jawaban:

Fleksibel. Saya akan menyelesaikan secara efisien dengan waktu secepatnya. Penyelesaian ini tetap tercatat meskipun tanpa adanya penjadwalan.


Pertanyaan Ketujuh

Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?

Jawaban:

Tentu kolaborasi sangat penting. Artinya, ada pihak yang membantu dalam pengambilan keputusan. Pihak-pihak itu antara lain Wakasek dan Kaur urusan sebagai bahan pertimbangan saya dalam pengambilan keputusan.


Pertanyaan Kedelapan

Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?

Jawaban:

Pentingnya pendekatan personal dan koordinasi adalah sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan.


Wawancara Kedua

Wawancara kedua dengan Bapak Sugeng Hariyadi, M.Pd. yang merupakan Kepala SMP Negeri 2 Karangrejo. Wawancara dilakukan pada hari Rabu, 12 April 2023.


Pertanyaan Pertama

Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?

Jawaban:

Saya melihat dari sudut pandang moral dan hukum. Apabila kasus tersebut melanggar hukum, tentu benar lawan salah. Namun, jika masih bisa dikatakan benar lawan benar, masalah tersebut disebut sebabai dilema etika.


Pertanyaan Kedua

Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?

Jawaban:
Identifikasi kasus saya lakukan dari berbagai sudut pandang kemudian menimbang secara matang mana yang paling benar dan keputusan tersebut menguntungkan banyak orang (tidak ada yang dirugikan).



Pertanyaan Ketiga

Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?

Jawaban:

Langkah-langkah yang dilakukan antara lain menentukan penyebab permasalahan, menentukan siapa yang terlibat, menanyakan kepada orang-orang terdekatnya, berdiskusi dengan warga sekolah, membuat beberapa solusi keputusan, menimbang lagi dari berbagai sudut pandang sebelum memutuskan/mengambil solusi.



Pertanyaan Keempat

Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?

Jawaban:

Saya melakukan analisis kasus kemudian menentukan solusinya. Hal ini dilakuan dengan menyesuaikan dengan peraturan dan norma yang berlaku. Tak kalah pentingnya adalah mengedepankan kepentingan umum (solusi tersebut bermanfaat bagi orang banyak dan baik secara jangka pendek maupun jangka panjang).



Pertanyaan Kelima

Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?

Jawaban:

Tantangan dalam mengambil keputusan adalah mencari keputusan yang terbaik karena keduanya merupakan masalah yang sama-sama benar. Dalam mengambil keputusan, kepentingan kedua belah pihak dan tidak merugikan salah satunya adalah sebuah keharusan.



Pertanyaan Keenam

Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan?

Jawaban:

Untuk mengambil keputusan ada berbagai cara menurut jenis kasusnya. Masalah yang ringan biasanya langsung saya putuskan. Sebaliknya, jika masalah itu berat, pengambilan keputusan saya  sesuai dengan langkah-langkah sebagaimana saya jelaskan di atas. Langkah-langkah itu antara lain menentukan penyebab permasalahan, menentukan siapa yang terlibat, menanyakan kepada orang-orang terdekatnya, berdiskusi dengan warga sekolah, membuat beberapa solusi keputusan, menimbang lagi dari berbagai sudut pandang sebelum memutuskan/mengambil solusi.



Pertanyaan Ketujuh

Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?

Jawaban:

Dalam mengambil keputusan, saya selalu mengajak berbagai pihak antara lain  warga sekolah/stakeholder/wali murid/orang-orang yang mempunyai kedekatan personal dengan orang yang mengalami permasalahan. Pada dasarnya, ada berbagai pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan saya dalam berbagai alternatifnya.



Pertanyaan Kedelapan

Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?

Jawaban:

Pengalaman adalah pembelajaran yang baik. Pelajaran yang dapat diambil, saya menjadi lebih bijaksana dalam menganalisis sebuah permasalahan sebagai pertimbangan untuk menentukan solusi yang baik dan tepat baik jangka pendek maupun jangka panjang.


Analisis Wawancara

Untuk menganalisis wawancara, beberapa pertanyaan pemandu yang disajikan dalam LMS merupakan pijakan agar teratur dan terarah. Analisis tersebut mencakup empat hal yang diuraikan sebagai berikut.

Pertama, hal yang menarik dan masih belum jelas. Hal ini terurai dalam pertanyaan “Hal-hal menarik apa yang muncul dari wawancara tersebut, pertanyaan-pertanyaan mengganjal apa yang masih ada dari hasil wawancara bila dibandingkan dengan hal-hal yang Anda pelajari seperti 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian, apa yang Anda dapatkan?”

Berdasarkan hasil wawancara, yang dilakukan oleh para Kepala Sekolah yang saya wawancarai dalam pengambilan keputusan antara lain: Mengidentifikasi permasalahan dan mengambil keputusan dengan berdiskusi dengan warga sekolah/stakeholder/wali murid serta jika memungkinkan menyelesaikan masalah secara internal. Meminimalisir dampak negatif dari masalah yang muncul akibat permasalahan dilema etika baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pengambilan keputusan dilakukan secara objektif, berkeadilan, bermusyawarah, dan berpihak pada murid. Jika dibandingkan dengan yang saya pelajari di modul 3.1, para Kepala Sekolah sudah menerapkan beberapa hal mengenai 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian, hanya saja belum semuanya dilakukan, terutama pada hal uji benar/salah dan investigasi opsi trilema. Para Kepala Sekolah tersebut sudah menerapkan prinsip pengambilan keputusan, di mana keputusan yang diambil berbasis hasil akhir.

Kedua, persamaan dan perbedaan dari kedua narasumber. Sajian pertanyaan pemandu itu adalah “Bagaimana hasil wawancara antara 2-3 pimpinan yang Anda wawancarai, adakah sebuah persamaan, atau perbedaan. Kira-kira ada yang menonjol dari salah satu pimpinan tersebut, mengapa, apa yang membedakan?”

Berdasarkan hasil wawancara, ada beberapa yang sama, antara lain: Tahap identifikasi permasalahan secara umum sama, yaitu melalui pengumpulan fakta-faktanya dan pengambilan keputusan melalui alternatif-alternatif solusi. Penyelesaian permasalahan dilakukan secara bertahap sehingga keputusan yang diambil tidak asal memutuskan saja, namun telah ditimbang secara matang. Perbedaan hasil wawancara dari dua Kepala Sekolah, yaitu: Kepala Sekolah yang pertama mengedepankan diskusi terhadap permasalahan, sedangkan Kepala Sekolah yang kedua menonjolkan analisis masalah yang kemudian menjadi pertimbangan dalam pembuatan keputusan. Sementara sesuai dengan analisa saya, yang lebih menonjol dalam tahap-tahap pengambilan keputusan adalah Kepala Sekolah kedua, karena lebih sesuai dengan langkah-langkah di modul 3.1.

Ketiga, rencana ke depan pimpinan dalam mengambil keputusan. Hal ini terurai dari pertanyaan “Apa rencana ke depan para pimpinan dalam menjalani pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika? Bagaimana mereka bisa mengukur efektivitas pengambilan keputusan mereka?”

Rencana ke depan para Kepala Sekolah jika dihadapkan dengan masalah delima etika adalah melalui analisa-analisa permasalahan secara runtut dan lengkap berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian keputusan. Para Kepala Sekolah dapat mengukur efektivitas pengambilan keputusan mereka dengan cara melakukan uji benar-salah serta kemudian melakukan refleksi dan evaluasi ketercapaian keputusan yang diambil berdasarkan apa yang sudah berjalan dan masukan dari beberapa pihak terkait yang menjalankan keputusan tersebut dan berpihak pada murid.

Keempat, refleksi diri jika mengambil keputusan. Pertanyaan pemandu tersebut antara lain “Bagaimana Anda sendiri akan menerapkan pengambilan keputusan dilema etika pada lingkungan Anda, pada murid-murid Anda, dan pada Kolega guru-guru Anda yang lain? Kapan Anda akan menerapkannya?”

Jika saya menghadapi permasalahan dilema etika, untuk mengambil keputusan dan menguji keputusan, saya akan menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Mulai dari mengenali nilai-nilai yang bertentangan, menentukan siapa yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, melakukan uji benar-salah, menguji paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip penyelesaian dilema (resolusi), melakukan investigasi opsi trilema, membuat keputusan lalu merefleksinya. Saya akan menerapkannya jika dihadapkan dengan masalah dilema etika atau bujukan moral. Atau, jika teman saya menemui kasus tersebut, saya segera akan menawarkan bantuan kepadanya. Serta berkoordinasi dan berkolaborasi dengan pihak yang terkait.


Saya berharap paparan tersebut dapat dijadikan sebagai bekal saya dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak kepada murid yang memerankan sebagai pemimpin pembelajaran.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesinambungan Peran Pendidik dalam Mewujudkan Filosofi Pendidikan KHD dan Profil Pelajar Pancasila dengan Paradigma Inkuiri Apresiatif (IA)

Penentuan Visi: Pencerahan dan Implementasinya

Berefleksi Modul PGP 1.2 “Nilai dan Peran Guru Penggerak” melalui Model Description, Examination and Articulation of Learning (DEAL)