Postingan

Menata Langkah (Model Refleksi 4F PGP Modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara)

Gambar
  Tak sekadar bermakna gerakan kaki, langkah bermakna sikap (tindak-tanduk) dan tahap atau bagian.  Langkah–penulis ambil sebagai pijakan dalam mengikuti serangkaian Pendidikan Calon Guru Penggerak (Pendidikan CGP) Angkatan 7 yang baru saja dimulai. Salah satu mewujudkan langkah itu penulis rangkai ke dalam jurnal refleksi. Urgensi refleksi dalam pendidikan ini antara lain dinyatakan oleh Bain dkk (1999) sebagai salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian. Jurnal refleksi juga sebagai pijakan bagaimana memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001) dan sarana menyadari emosi dan reaksi diri yang terjadi sepanjang pembelajaran (Denton, 2018).  Bertalian dengan pendapat yang dikemukakan oleh ketiga ahli di atas, refleksi tidaklah sekadar menuliskan apa yang terjadi dan dialami. Namun, melibatkan emosi. Pada saat ini, penulis telah menjalani Pendidikan CGP pada pembelajaran Modul 1.1 (Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional 

Risalah Menggapai Cita-cita (Refleksi 4F dalam Modul 1.3 “Visi Guru Penggerak”)

Gambar
  Tahapan-tahapan modul demi modul dalam CGP telah sampai pada modul ketiganya “Visi Guru Penggerak”. Sebagaimana pengalaman menuliskan jurnal refleksi sebagai salah satu langkah dalam meningkatkan praktik yang berlangsung pada dua modul sebelumnya, pengalaman yang berharga ini layak penulis abadikan. Pelibatan emosi sebagai urun refleksi yang tidak hanya menuliskan hal yang terjadi dan dialami, kembali penulis sajikan dalam bentuk narasi. Dalam hemat penulis, narasi ini mudah untuk menautkan kesinambungan emosi-emosi itu. Kesinambungan emosi dengan hal yang terjadi dan alami penulis terangkum dalam model 4F ( Facts atau peristiwa, Feelings atau perasaan, Findings atau pembelajaran, dan Future atau penerapan) yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway dengan mengambil irah-irahan Risalah Menggapai Cita-cita.  Dheg. Dadaku berdesir saat menerima tugas merumuskan visi guru penggerak. Bukankah aku ini hanya guru biasa? Bukankah visi adalah tugas yang hanya dirumuskan oleh kepala sekolah

Berefleksi Modul PGP 1.2 “Nilai dan Peran Guru Penggerak” melalui Model Description, Examination and Articulation of Learning (DEAL)

Gambar
Alhamdulillah, serangkaian alur Merdeka (Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Koneksi Antarmateri, dan Aksi Nyata) pada Modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara telah terlampaui. Sebagai modul pijakan dalam keseluruhan Pendidikan Guru Penggerak (PGP) yang akan digelar selama enam bulan ini, pembelajaran Modul 1.1 itu memberikan gambaran nyata penulis langkah-langkah yang nyata harus terlalui dalam upaya belajar bagaimana mewujudkan pendidikan yang berpusat pada murid. Dalam tulisan ini, penulis ingin memaparkan catatan-catatan dalam merefleksikan keutuhan pembelajaran dalam Modul 1.2 dengan menggunakan model Description, Examination, and Articulation of Learning (DEAL). Model yang dikembangkan oleh Ash dan Clayton (2009) ini dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut. Pertama, Description. Langkah ini dilakukan dengan mendeskripsikan pengalaman yang dialami dengan menceritakan unsur 5W1H (apa, siapa, di mana,

Proses Perjalanan Pembelajaran dalam Pendidikan Guru Penggerak

Analisis Penerapan Proses Pengambilan Keputusan: Sebuah Tinjauan Pengetahuan Materi dengan Konteks Lokal

Gambar
Sebagaimana beberapa kali saya paparkan bahwa mendapatkan kesempatan sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) dalam menjalani serangkaian Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) merupakan sebuah anugerah tiada tara yang menguntaikan rasa syukur. Kendati beraneka rasa yang mewarnainya, serangkaian kegiatan yang tersaji dalam alur Merdeka ( Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman,  Koneksi antarmateri, dan Aksi nyata) tangga-tangga itu saya jalani dengan niatan thalabul ilmi.  Seiring peredaran atau manzilah bulan yang pada awalnya disebut sebagai bulan sabit, purnama menghias angkasa,dan kembali lagi mengecil bagaikan tandan kurma yang melengkung dan tipis, modul demi modul dalam PPGP hingga kini memasuki modul kedelapan dari kesepuluh modul. Sebagai serangkaian paket Modul 3 yang mengetengahkan Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah, Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin ini merupa

Kesinambungan Peran Pendidik dalam Mewujudkan Filosofi Pendidikan KHD dan Profil Pelajar Pancasila dengan Paradigma Inkuiri Apresiatif (IA)

Gambar
Sekilas judul tulisan ini panjang, tetapi untuk memangkasnya tak mudah. Selain pemangkasan itu tak bisa memenuhi tujuan penulisannya, enam belas kata yang menyusun judul dalam satu kesatuan itu mengejawantahkan alur Pendidikan CGP pada tahap Koneksi Antarmateri pada Modul 1.3 Visi Guru Penggerak.  Sebagai langkah untuk merefleksikan dan mengaitkan pemahaman antarmodul yang telah dipelajari, disajikan pertanyaan untuk direspon. Pertanyaan itu antara lain "Apa yang Bapak/Ibu pahami mengenai kaitan peran pendidik dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila pada murid-muridnya dengan paradigma inkuiri apresiatif (IA) di sekolah Bapak/Ibu?" Pertanyaan itulah sebagai asbabun nuzul tersusunnya judul sebuah tulisan yang panjang ini.  Untuk mengaitkan ketiganya (baca: peran pendidik, filosofi pendidikan KHD dan Profil Pelajar Pancasila, dan Paradigma Inkuiri Apresiatif (IA), tak jarang penulis kehilangan kata-kata topik utama dan tampak topik

Penentuan Visi: Pencerahan dan Implementasinya

Gambar
  Penentuan Visi: Pencerahan dan Implementasinya  Menyusuri alur pendidikan CGP pada Eksplorasi Konsep pada Modul 1.3 ini menjadi sesuatu yang menarik bagi saya. Tak sekadar menyusun visi sebagai sebuah kebutuhan, tetapi sebuah pendekatan atau paradigma sangat penting dalam mewujudkan sekolah impian. Pendekatan atau paradigma itu adalah Inkuiri Apresiatif (IA).  Ketika mengenal IA, sepintas saya mengingat akan Artificial Intelligence (IA) yang saya kenal setahun yang lalu. Mengapa demikian? Keduanya merupakan singkatan yang berkebalikan dan tentu memiliki arti penting dan menarik saya kaji. Tetapi, berkaitan dengan tugas CGP, kali ini saya mengkaji tentang paradigma IA. Mengutip pendapat Cooperrider & Whitney (2005), Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, suatu landasan berpikir yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, dalam suatu organisasi dan dunia di sekitarnya baik di masa lalu, masa kini maupun masa depan. Ia berpendapat juga bahwa s